Kamis, 09 Agustus 2018

Umat-umat yang Dihancurkan

“dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS al Anfal :33)
                Kemaksiatan pasti menimbulkan efek, sebagaimana racun yang merusak tubuh, maka maksiat adalah sang perusak hati. Bilamana racun dapat mengantarkan seseorang pada kematian, maka maksiat pun mampu mengantarkan seseorang pada matinya hati. Mari sejenak merenung;

Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan terusirnya ayah dan ibu kita, Adam dan Hawa dari surga, negeri yang penuh kenikmatan, keindahan, dan kegembiraan menuju Bumi, tempat yang penuh penderitaan, kesedihan, dan musibah?
                Bukankah dosa dan maksiat pula yang mengeluarkan Iblis dari kerajaan langit, sekaligus menjadikannya terusir dan terlaknat? Iblis yang awalnya mulia menjadi terhina lahir maupun batin, lahirnya dijadikan seburuk-buruk makhluk sedang batinnya dijadikan oleh-Nya lebih buruk daripada lahirnya. Kedekatan Iblis pada Allah berubah menjadi jauh, rahmat-Nya berubah menjadi laknat, keindahan berubah menjadi keburukan, keimanan menjadi kekufuran, kemuliaan menjadi kehinaan, gema tasbih, tahlil, dan penyucian berubah menjadi gema kekufuran, kesyirikan, dan kedustaan. Maka Iblis menjadi makhluk terhina dan terendah kedudukannya dihadapan Rabbnya.
                Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan ditenggelamkannya kaum Nabi Nuh oleh banjir bandang  bahkan gunung pun tenggelam olehnya?
                Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan dikirimnya angin topan badai kepada kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud, hingga mayat-mayat mereka jatuh bergelimpangan bagai pohon rubuh? Pun tempat tinggal, hewan ternak, dan seluruh tanaman terkena imbasnya.
Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan dikirimnya suara menggelegar yang amat menyakitkan pada kaum Tsamud kaumnya Nabi Shalih hingga jantung-jantung mereka terpotong selagi dalam rongga tubuh hingga mereka binasa?
Bukankah dosa dan maksiat, yang menyebabkan diadzabnya kaum Nabi Luth hingga diangkatnya satu desa tempat kediaman mereka, kemudian dibalikkan beserta seluruh penduduk dan penghuninya, atas menjadi bawah dan bawah menjadi atas, lantas dihempaskan kebawah. Ditambah hujaman dan lemparan batu-batuan dari langit yang tidak berhenti hingga musnahlah kehidupan kaum terlaknat itu? Pun sejumlah hukuman dijatuhkan serentak pada mereka, hukuman yang belum pernah ditimpakan pada umat-umat sebelumnya. Maka pantas bila orang-orang yang serupa dengan mereka akan mendapat ganjaran serupa.
Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan dikirimnya awan berlapis-lapis pada kaum Madyan kaumnya Nabi Syu’aib? hingga ketika awan tersebut dekat diatas kepala mereka turunlah hujan api yang menyala-nyala.
Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam dalam lautan? Lantas agar manusia dapat mengambil pelajaran, Allah angkat jasadnya yang sampai sekarang masih bisa dilihat dan ditengok.
Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan ditenggelamkanya Qarun beserta harta dan keluarganya?
Serta bukankah dosa dan maksiat yang membinasakan generasi-generasi yang datang setelah Nabi Nuh, dengan berbagai jenis dan ragam adzab yang menyakitkan bila didengar terlebih dirasa?
Imam Ahmad menceritakan atsar dari Abu Darda’ dalam kitab Az Zuhd dengan sanad yang shahih: “Tatkala Cyprus ditaklukan aku (-yang menceritakan- ayah Abdurrahman bin Jubair bin Nufair)  melihat Abu Darda’ duduk menangis seorang diri. Aku bertanya ‘Wahai Abu Darda’ apa sebab engkau menangis dihari Allah memuliakan islam dan pemeluknya ini? Maka beliaupun menjawab ‘Celaka kamu wahai jubair, betapa hinanya manusia dihadapan Allah tatkala mereka mengabaikan perintah-Nya, tidakkah kau tahu mereka ini adalah umat yang kuat, tangguh, perkasa serta memiliki kerajaan, namun ketika mereka mengabaikan perintah Allah, mereka menjadi seperti yang engkau lihat sekarang”
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dengan jalur yang tsabit, dari Ummu Salamah ia berkata: “Aku pernah mendengar Nabi bersabda; ‘jika tampak jelas berbagai kemaksiatan pada ummatku, maka Allah akan menyamaratakan adzab dari sisi-Nya kepada mereka semua’ kemudian aku bertanya ‘wahai Rasulullah, bukankah ada orang-orang shalih diantara mereka? Beliau menjawab ‘benar’ ‘lantas apa yang terjadi pada mereka.?’ lanjutku, Beliau menjelaskan ‘saat itu mereka ditimpa bencana seperti halnya yang lain, namun mereka akan mendapat ampunan dan keridhaan dari Allah.”
Dalam sebuah hadist hasan kitab Sunan Ibnu Majah, dari Abdullah bin Umar bin al Khattab dia mengatakan: ‘Aku adalah orang kesepuluh dari sepuluh orang Muhajirin yang ada disisi Rasulullah. Ketika itu beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda “Hai kaum Muhajirin, aku berlindung kepada Allah dari lima perkara dan semoga kalian tidak mengalaminya. Tidaklah tampak perbuatan keji(zina) pada suatu kaum, sampai-sampai mereka melakukannya secara terang-terangan, melainkan mereka akan ditimpa cobaan berupa berbagai wabah tha’un dan penyakit yang belum pernah dialami orang-orang sebelum mereka. Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan ditimpa cobaan berupa kekeringan selama bertahun-tahun, paceklik dan penguasa yang dzalim. Tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat dari harta yang mereka miliki melainkan cuarahan air dari langit akan ditahan bahkan sekiranya bukan karena binatang ternak, niscaya tidak akan turun hujan kepada mereka. Tidaklah suatu kaum melanggar janji, melainkan Allah akan menjadikan musuh bagi mereka dari golongan lain yang akan mengambil sebagian harta yang ada ditangan mereka. Tidaklah para imam mereka mengabaikan apa yang Allah turunkan dalam kitab-Nya, melainkan Allah akan menjadikan mereka saling bermusuhan”.
Banyak hadist yang senada dengan hadist-hadist diatas, intinya adalah kemaksiatanlah yang menjadi sebab dari banyaknya musibah dan adzab yang Allah timpakan bagi manusia, Al Hasan berkata “Demi Allah, sesungguhnya bencana itu tidak lain adalah hukuman dari Allah untuk manusia”.
Pada era yang menjunjung tinggi teknologi ini, kita dapati dunia melalui ‘media’nya; baik TV, radio, sosmed, dan berbagai media lainnya, seolah menggiring manusia terutama kawula muda untuk terbiasa dengan kemaksiatan, bila di era 70-an masih jarang kita dapati laki-laki dan perempuan non-mahram boncengan dan kongkow bersama, maka di era ini seolah segala kemaksiatan menjadi wajar, bahkan sebaliknya, zaman ini adalah zaman dimana anak muda yang tidak pacaran disebut aneh dan tidak laku. Zaman dimana anak muda yang tidak minum minuman keras disebut kuno. Dan zaman dimana orang baik lagi shalih disebut sok suci. Semua hal diatas tak lain adalah ulah media yang sekali lagi bertujuan merusak generasi islam, yang bila tidak ditanggulangi dengan tepat akan bermuara pada satu hal ‘runtuhnya kejayaan islam’.
Dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang makmur nan kaya raya, mencari makan konon cukup dengan kail dan jala, kayu ditanampun tumbuh sebegitu lebatnya,  namun coba tengok apa yang kita dapatkan? Makmurkah? Tenteramkah? Penyebabnya bisa jadi karena merebaknya kemaksiatan dan diamnya masyarakat atas itu.
Maka surat Ali Imran ayat 110 menjadi jaminan, bahwa jika ingin islam kembali mulia dan umat nya menjadi umat yang terbaik maka ‘amar ma’ruf nahi munkar’ adalah solusi terbaik dalam mengatasi jutaan masalah dunia. Allah berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS Ali Imran 110)

Maka sekali lagi, bisa jadi banyaknya musibah dan bencana dinegeri tercinta adalah akibat dari kemaksiatan yang menjamur dan merajalela oleh para pejabat maupun penduduknya. Wallahul Musta’an (Rosyid Abdurrohman diringkas dari kitab Ad Da’ wa Dawa’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar