Kita berada di akhir zaman, begitulah gambaran
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadistnya “Jarak
diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan
kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya.” HR.
Al Bukhari (6504). Dekatnya jarak hari kiamat menunjukkan bahwa waktu kita
beramal shalih tidaklah banyak.
Huru hara di timur tengah membuat kita berfikir
bahwa kian jelas tanda dekatnya hari kiamat, Rasul menganalogikan bahwa fitnah
yang akan menimpa umat islamibarat potongan-potongan malam, yang mana semakin
malam semakin gelap pula, begitulah fitnah yang akan dihadapi umat islam.
Semakin dekat hari akhir semakin berat fitnah yang akan dihadapi. Dan itulah
realitas yang kita hadapi sekarang.
Rasul bersabda “Bersegeralah kalian
mengerjakan amal-amal shalih sebelum terjadi fitnah (bencana) yang menyerupai
kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, yaitu seseorang diwaktu pagi beriman
tapi pada waktu sore ia telah kafir, atau pada waktu sore ia beriman dan pada
pagi harinya ia telah kafir, ia rela menjual agamanya dengan secuil keuntungan
dunia.”(Shahih Muslim, no 118)
Imam an-Nawawi berkata: “Maksud (hadits di
atas), Rasulullah rmenganjurkan kita agar segera beramal shalih sebelum kita
tidak mampu melakukannya lagi dan sebelum kita dilalaikan oleh fitnah yang
banyak dan menumpuk satu sama lain, seperti kegelapan malam yang gelap gulita
dan saling tindih menindih.” (Kitab Syarah Shahih Muslim II/114-115).
Fitnah-fitnah yang terjadi ditimur tengah
hendaknya kita jadikan starting point menabung amal shalih dalam
menghadapi fitnah akhir zaman karena bisa jadi kita diselamatkan lantaran amal
shalih yang kita perbuat. Sebagaimana kisah yang masyur dalam sebuah hadist
tatkala tiga orang terperangkap dalam gua yang kemudian diselamatkan Allah
lantaran doa dan amal shalih yang dahulu mereka perbuat. (Kisah lengkap dalam HR.
Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743
Rasulullah mengajarkan bahwa terdapat pahala
besar dalam banyak amal-amal ringan yang sebenarnya sangat mampu kita lakukan
disela-sela kesibukan. Ironisnya tak banyak dari kita yang mau, entah karena
ketidaktahuan maupun kemalasan. Berikut diantaranya:
Pertama: Ucapan
Laa Ilaaha Illahah wahdahu laa syarikalah
“Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah,
lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada
sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu
bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan
sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus
darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore
harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya
lebih banyak dari itu.” (HR.
Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)
Kedua: Ucapan Subhanallah bihamdihi subhanaallhil adzim.
“Dua kalimat yang mudah diucapkan, berat dalam timbangan, dan disenangi
oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yakni kalimat subhanallah wabihamdihi,
subhanallahil ‘Azhim (Mahasuci Allah dan semua puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang
Maha Agung). ” (HR Bukhari 168 dan Muslim 2072)
“Barangsiapa mengatakan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam satu
hari, ia bakal diampuni semua dosanya meskipun dosanya itu sejumlah buih di
laut.” (HR Muslim dan
Tirmidzi)
Ketiga: Membaca
ayat-ayat Al Qur’an
“Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak
dicatat sebagai seorang yang lalai. Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia
dicatat sebagai orang yang qaniith (taat). barangsiapa yang membaca 200 ayat
maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat. Dan barang siapa
yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala”
(HR. Ibnus Sunniy, Shahih
Lighairihi lihat silsilah ash-shahiihah no. 642-643)
Keempat: Menyempurnakan
wudhu dan membaca doa setelahnya.
“Barangsiapa yang berwudhu lalu mengucapkan,
‘Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu wa rasuuluhu‘(aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan RasulNya),
dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, dan dia dapat masuk dari
pintu manapun yang diinginkannya‘.” “HR. Muslim 209”
Kelima: Sholat
isya' dan subuh berjamaah
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah
shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah
maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
Keenam: Sholat dua
rakaat sebelum subuh
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada
dunia dan seisinya.” (HR.
Muslim no. 725) Jika keutamaan shalat sunnah fajar saja demikian adanya,
bagaimana lagi dengan keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.
Ketujuh: Berdizikir
dimasjid setelah subuh hingga matahari terbit dan dilanjutkan dengan sholat
sunnah dua rakaat.
Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang
siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara berjamaah, kemudian ia duduk
berdzikir kepada Allah SWT hingga terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua
rakaat, maka baginya pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.’ (HR. Turmudzi, beliau berkata bahwa hadits ini
hasan gharib)
Termasuk dalam pengertian dzikir adala: membaca al Qur’an dan kajian
ba’da subuh.
Kedelapan: Menjenguk
saudara muslim yang sakit.
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit),
maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia
duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras.
Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya
agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari,
maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu
pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
Pada akhirnya semua
bermuara pada sebuah kata mutiara “Ilmu tanpa amal bagai pohon tak berbuah”
apapun yang kita ketahui tidak dapat kita petik hasilnya bila tanpa disertai
amal. Semoga Allah mengaruniakan keistiqomahan dalam beriman dan beramal
shalih. (Rosyid Abdurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar