Kamis, 09 Agustus 2018

Banyak Pahala Meski Sedikit Amalnya


Kita berada di akhir zaman, begitulah gambaran Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadistnya “Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya.” HR. Al Bukhari (6504). Dekatnya jarak hari kiamat menunjukkan bahwa waktu kita beramal shalih tidaklah banyak.

Huru hara di timur tengah membuat kita berfikir bahwa kian jelas tanda dekatnya hari kiamat, Rasul menganalogikan bahwa fitnah yang akan menimpa umat islamibarat potongan-potongan malam, yang mana semakin malam semakin gelap pula, begitulah fitnah yang akan dihadapi umat islam. Semakin dekat hari akhir semakin berat fitnah yang akan dihadapi. Dan itulah realitas yang kita hadapi sekarang.
Rasul bersabda “Bersegeralah kalian mengerjakan amal-amal shalih sebelum terjadi fitnah (bencana) yang menyerupai kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, yaitu seseorang diwaktu pagi beriman tapi pada waktu sore ia telah kafir, atau pada waktu sore ia beriman dan pada pagi harinya ia telah kafir, ia rela menjual agamanya dengan secuil keuntungan dunia.”(Shahih Muslim, no 118)
Imam an-Nawawi berkata: “Maksud (hadits di atas), Rasulullah rmenganjurkan kita agar segera beramal shalih sebelum kita tidak mampu melakukannya lagi dan sebelum kita dilalaikan oleh fitnah yang banyak dan menumpuk satu sama lain, seperti kegelapan malam yang gelap gulita dan saling tindih menindih.” (Kitab Syarah Shahih Muslim II/114-115).
Fitnah-fitnah yang terjadi ditimur tengah hendaknya kita jadikan starting point menabung amal shalih dalam menghadapi fitnah akhir zaman karena bisa jadi kita diselamatkan lantaran amal shalih yang kita perbuat. Sebagaimana kisah yang masyur dalam sebuah hadist tatkala tiga orang terperangkap dalam gua yang kemudian diselamatkan Allah lantaran doa dan amal shalih yang dahulu mereka perbuat. (Kisah lengkap dalam HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743
Rasulullah mengajarkan bahwa terdapat pahala besar dalam banyak amal-amal ringan yang sebenarnya sangat mampu kita lakukan disela-sela kesibukan. Ironisnya tak banyak dari kita yang mau, entah karena ketidaktahuan maupun kemalasan. Berikut diantaranya:
Pertama: Ucapan Laa Ilaaha Illahah wahdahu laa syarikalah
“Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)
Kedua: Ucapan Subhanallah  bihamdihi subhanaallhil adzim.
“Dua kalimat yang mudah diucapkan, berat dalam timbangan, dan disenangi oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yakni kalimat subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim (Mahasuci Allah dan semua puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung). ” (HR Bukhari 168 dan Muslim 2072)
“Barangsiapa mengatakan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam satu hari, ia bakal diampuni semua dosanya meskipun dosanya itu sejumlah buih di laut.” (HR Muslim dan Tirmidzi)
Ketiga: Membaca ayat-ayat Al Qur’an
“Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak dicatat sebagai seorang yang lalai. Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang qaniith (taat). barangsiapa yang membaca 200 ayat maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala” (HR. Ibnus Sunniy, Shahih Lighairihi lihat silsilah ash-shahiihah no. 642-643)
Keempat: Menyempurnakan wudhu dan membaca doa setelahnya.
Barangsiapa yang berwudhu lalu mengucapkan, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu‘(aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan RasulNya), dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, dan dia dapat masuk dari pintu manapun yang diinginkannya‘.” “HR. Muslim 209
Kelima: Sholat isya' dan subuh berjamaah
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
Keenam: Sholat dua rakaat sebelum subuh
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725) Jika keutamaan shalat sunnah fajar saja demikian adanya, bagaimana lagi dengan keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.
Ketujuh: Berdizikir dimasjid setelah subuh hingga matahari terbit dan dilanjutkan dengan sholat sunnah dua rakaat.
Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara berjamaah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah SWT hingga terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.’ (HR. Turmudzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan gharib)
Termasuk dalam pengertian dzikir adala: membaca al Qur’an dan kajian ba’da subuh.
Kedelapan: Menjenguk saudara muslim yang sakit.
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
                Pada akhirnya semua bermuara pada sebuah kata mutiara “Ilmu tanpa amal bagai pohon tak berbuah” apapun yang kita ketahui tidak dapat kita petik hasilnya bila tanpa disertai amal. Semoga Allah mengaruniakan keistiqomahan dalam beriman dan beramal shalih. (Rosyid Abdurrohman)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar