Kamis, 09 Agustus 2018

10 Dampak Buruk Maksiat


Maksiat dapat mematikan hati sebagaimana racun yang dapat mematikan tubuh, orang yang bermaksiat mau tidak mau akan menerima dampaknya dikehidupan dunia dan terlebih kelak di akhirat. Allah berfirman:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin” QS as-Sajdah: 12
Ayat diatas merupakan salah ungkapan sesal para pelaku maksiat ketika tiba saat dimana mereka mempertanggung jawabkan perbuatan mereka didunia.
Dampak kemaksiatan yang dirasakan didunia tidak kalah dahsyat dari yang akan diterima diakhirat kelak, dalam kitabnya Ad Daa’ wa Dawa’ Ibnu Qayyim menyebutkan lebih dari lima puluh dampak kemaksiatan bagi pelakunya, berikut beberapa diantaranya:
Pertama: Maksiat menghalangi masuknya ilmu
Ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan kedalam hati, dan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut. Dalam Sya’irnya Imam Syafi’i pernah berujar; “Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku, dia menasehatkan agar aku tinggalkan kemaksiatan, diapun berkata ‘Ketahuilah, sesungguhnya ilmu adalah karunia, dan karunia Allah tidak akan diberikan pada orang bermaksiat’”
Kedua: Maksiat menghalangi datangnya riski
Sebagaimana taqwa pada Allah akan mendatangkan rizki, maka meninggalkan Taqwa akan menyebabkan kefakiran. Tidak ada yang dapat mendatangkan riski kecuali dengan meninggaklan kemaksiatan.  
Ketiga: Maksiat menyebabkan kehampaan hati dari mengingat Allah
Ada yang mengadu pada seorang arif perihal kehampaan dalam jiwanya, maka dijawab dengan sebuah sya’ir; ‘bila engkau telah merasa hampa karena dosa, maka tinggalkanlah ia jika kau mau dan raihlah kebahagiaan’
Hal ini terbukti bahwa ternyata kasus bunuh diri terbesar justru terdapat dinegara-negara maju, sebut saja Jepang, Amerika, Korea, dsb. Ketika dunia serasa sudah berada digenggaman namun kehampaan hati justru kian terasa maka bunuh diri mereka anggap sebagai solusi.
Keempat: Maksiat membuat semua urusan dipersulit.
Tidaklah pelaku maksiat memiliki suatu urusan melainkan ia akan menemui berbagai kesulitan dan jalan buntu dalam penyelesaiannya. Sebagaimana Allah akan mudahkan urusan dengan ketakwaannya maka sebaliknya dengan kemaksiataan Allah akan persulit urusan para pelakunya.
Sungguh mengherankan jika seorang hamba menyaksikan pintu kebaikan dan kemaslahatan tertutup baginya dan jalan-jalan menjadi sulit sedang ia tidak tahu apa penyebabnya.
Kelima: Maksiat melemahkan hati dan badan
Dampak buruk maksiat dalam melemahkan hati adalah dampak yang terasa jelas bagi se pemilik hati, bahkan dampak ini akan terus berkelanjutan hingga cahaya hati benar-benar padam dan sepenuhnya gelap. Bila kegelapan menguat maka kebingungan akan menguat dan menyebabkan pemilik hati terjatuh dalam perkara yang membinasakannya tanpa ia sadari.Adapun maksiat melemahkan badan dikarenakan sumber kekuatan seorang mukmin adalah hati, bila hati lemah badanpun demikian.
Orang yang berdosa adalah orang yang paling lemah ketika dibutuhkan, meskipun memiliki tubuh yang kuat. Kekuatan yang justru hilang tatkala sipemilik benar-benar membutuhkannya, coba perhatikan kekuatan tubuh pasukan Persia dan Romawi yang justru melukai diri mereka sendiri pada waktu yang mereka benar-benar membutuhkannya, hingga mereka dikalahkan oleh orang-orang beriman dengan kekuatan hati dan tubuh mereka.
Keenam: Maksiat menghalangi ketaatan.
Banyak sekali ketaatan yang tertupus karena suatu dosa, padahal satu kebaikan lebih baik dari dunia dan seisinya. Hal ini ibarat sorang yang memakan suatu makanan yang menjadi penyebab ia sakit berkepanjangan dan tidak bisa menikmati makanan-makanan lain yang sebenarnya lebih enak dari makanan tadi.
Ketujuh: Maksiat menghilangkan keberkahan umur.
Maksiat akan menyita sebagian besar umurnya, umur yang seharusnya bisa ia pergunakan dalam ketaatan. Pelakunya akan merasakan akibat kemaksiatan tersebut pada hari ketika ia mengungkapkan penyesalannya: “…Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebaikan) untuk hidupku ini,” (QS. Al-Fajr: 24)
Kedelapan: Maksiat akan melahirkan kemaksiatan lain.
Sebagian Salaf mengatakan: “Hukuman dari keburukan adalah munculnya keburukan setelahnya, sedangkan ganjaran dari kebaikan adalah munculnya kebaikan sesudahnya. Jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka kebaikan lain akan berkata padanya ‘Amalkan aku juga..!’ apabila ia melakukanya, kebaikan yang lain lagi akan mengatakan hal serupa, demikianlah seterusnya. Alhasil, berlipat gandalah keuntungan dan pahalanya. Demikian pula dengan maksiat. Hal ini akan terus berlangsung hingga ketaatan atau kemaksiatan menjadi lekat dengan diri dan berubah menjadi kebiasaan”
Kesembilan: Maksiat menyebabkan hati tidak lagi menganggapnya perkara yang buruk.
Kondisi ini sangat mengenaskan, karena dalam kondisi ini pelaku maksiat tidak lagi peduli dengan pandangan manusia yang buruk terhadapnya, bahkan lebih jauh lagi, mereka akan berbangga dengan maksiat yang mereka kerjakan. Rasul bersabda “Setiap ummatku itu akan diampuni kecuali kecuali Al-Mujahirun. Yaitu orang yang melakukan (dosa) di malam hari. Lalu ia hidup hingga di waktu dalam keadaan dosanya ditutupi oleh Allah. Namun ia kemudian menceritakannya (kepada orang lain):’Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan begini dan begini’. Padahal Allah telah menutupinya semalam. Namun ketika pagi tiba, iapun menyingkap tutupan Allah terhadap dosanya” HR. Bukhari no 5721 & Muslim no 2990.
Setiap maksiat adalah warisan dari umat-umat terdahulu yang sudah Allah binasakan. Homoseksual adalah warisan kaum Luth. Mengambil hak orang lain dengan berlebihan dan tidak memberikan hak orang lain adalah warisan kaum Syu’aib. Angkuh dimuka bumi bahkan berbuat kerusakan diatasnya adalah warisan kaum Fir’aun. Sombong dan semena-mena adalah warisan kaum Hud. Maka pelaku maksiat adalah orang yang memakai baju warisan umat-umat tersebut, padahal mereka adalah musuh Allah.
Kesepuluh: Maksiat adalah penyebab kehinaan seorang hamba.
Maksiat menyebabkan seorang hamba hina dihadapan Allah dan rendah dalam pandangannya. Hasan al Bashri menuturkan “Mereka adalah orang-orang yang hina dihadapan Allah, sehingga merekapun bermaksiat kepada-Nya. Sekiranya mereka adalah orang yang mulia dihadapan-Nya tentulah Dia akan menjaga mereka.
Hina dihadapan Allah berarti hina pula dihadapan manusia. Allah berfirman “….dan barang siapa yang dihinakan Allah, tidak seorangpun yang akan memuliakannya” Al Hajj: 18. Bila ternyata orang-orang seolah memuliakaannya hal itu tak lain lantaran mereka memiliki urusan terhadapnya , atau takut terhadapnya. Sejatinya para pelaku maksiat adalah orang yang rendah dan hina di hati manusia pada umumnya.
Semoga Allah menjauhkan kita dari bermaksiat dan para pelaku maksiat. Aamiin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar